Adalah manusia
Bagaimana cara mereka melihat sesama
Dan TuhanNya
Deruh caci maki
Tlah menjadi barisan yang bisa membunuh mati
Menjadi kutukan
Yang tak berujung dengan kepastian
Menjadi sangkakala
Yang setiap saat bisa bertiup hancurkan sgalanya
Setiap jengkal mata memandang
Adalah hina
Adalah dusta
Aku manusia di antara manusia serupa serigala
Mati melawan atau hidup dalam ketertindasan
Hidup bergantung serupa terludah bukan manusia
Memang sesorang butuh seseorang
Tapi ku juga terbiasa sendiri
Biarlah dan biarkan aku menari
Aku bernyanyi, aku bersenang, dan aku berlupa
Setiap sayup-sayup angin menyapa dedaunan
Bersama alunan angin di tepi sungai
Bermakna bebas dan keberhakan atas kemerdekaan
Menjadi harmoni bersama hembus kuasa Tuhan
Semua manusia adalah benar
Dalam kebenaran yang tak terbantahkan
Kecuali hatinya dan Tuhan yang menyalahkan
Burung-burung yang bebas kini menabrak dinding sarangnya
Menjauhlah dariku saat kau menggagah dan ingin terlihat gagah
Dan bersamakulah saat malam membutuhkanku, dan aku membutuhkan malam
Untuk menawar setiap kesepian dan kesunyian
Bersama gemericik angin
Dan kita berbebas tanpa lepas
Setiap caci maki bermakna palsu
Jiwaku yang membangkangmu
Akan terus menyerbu
Hingga damai dan duniaku menyatu
Memang orang-orang lebih egoisme
Yang padahal ia terlalu menggantung
Percuma berdiri bersenang tau terlebih berlari
Karena kau duduk saat aku berdiri
Dan kau berdiri saaat aku duduk
Karena kau berjalan saat aku berlari
Dan kau berlari saat aku berjalan
Hingga pembelajaran mengajariku
Setiap insan memiliki dua dimensi
Ego dan Kepedulian
Hingga tanyaku
Lalu aku harus berjalan di atas kebenaran atau kedamaian?
Tanpa sedetikpun terlewat di sisi dalam jiwa
Terbesit luka yang amat sangat
Sedetik itu pula dalam hati berteriak
Perihal kuasa Tuhan
Rerumpun bintang bersinar, egois tak berbagi terang
Dalam lorong kelabu jiwa
Rerumpun bintang tak mau berbagi tawa untuk luka dalam benak
Ulah sabetan parang-parang kehidupan
Kepal kanan kiriku
Semangat belati berkarat
Siap menikam sekarat
Tiap jengkal keparat
Tak berujung hayat
Demi alunan mayat-mayat
Hingga ku temui sekarat
Setiap jengkal pemikiran manusia dalam keresahan
Di sela jemari malam kala bulan dan bintang
Bersinkron dalam gelapnya lelangitan
Setiap asap berhembus searah nafas
Temani desah bising rerumpun manusia
Jangan maki aku
Karena aku berdiri di puingku sendiri
Juga tlah kalian ketahui
Manusia dan dunia tlah memiliki ruang dan waktu tersendiri
Meskipun kita hidup bersama
Aku terbelenggu dalam hitam ini
Yang mengangkangi pikiran
Aku terlaknat oleh ambisi dendamku
Yang terus selaputi segala bentuk alasan dan sanggahan
Terus ternodai angin dan jarum jam yang berputar lamban nan pasti
Di setiap sisi jalan
Ku rangkum berbagai warna, tingkatan, dan alur kehidupan
Ini serasa semu tapi aku hidup dan mengambang di sini
Aku bebas aku lepas
Jangan pernah rasuki aku
Dengan sedikitpun pikiran sesat
Entah dengan alasan apapun yang tak sanggup telingaku menampung
Dunia ini waralaba yang berbagi tawa dan duka
Namun jangan pernah berhenti di setiap nafasmu
Dalam setiap kelebur jiwa
Terkadang lemah, terkadang kuat
Menahan sgala laranganNya
Namun aku masih sama seperti kamu
Yang terkadang mati oleh rasa ini
Serupa budak yang bersujud penuhi kehendak tuan
Selamatkan aku dari rasa ini
Terbelenggu aku oleh semua ini
Yang terus lunturi pikiran kusamku
Datanglah bidadariku
Walau bersayap satu atau tak sekalipun
Bawalah entah terbang atau berlari
Menjauh dari kesengsaraan ini
Tetapi juga jangan pula belenggu aku dengan cintamu
Aku memang kaum minoritas
Aku iri, untung ku tersentak oleh apa yang Tuhan lebih berikan untukku
Jadilah aku di dalam diriku, dan kamu di dalam dirimu
Reviewed by Vitroh Virus
on
Februari 28, 2013
Rating: