Estafet Bayang



Estafet Bayang

Setelah kepergian kekasih yang tlah memberikanku sejumput pengalaman pertama dalam menelan air telaga cinta, kini berlanjut dengan bayang perempuan yang hadir dengan riuh cintanya dalam bising gemerlap malam. Perempuan itu menutup kisah pedihku dengan segala bait katanya yang mejulur dari peraduan bibirnya. Namun tak mampu menutup kisah klasikku yang slalu tertanam dalam dasar telaga hatiku, dalam parit jiwaku, dan dalam sebaran embun pagi di pematang bathinku.

Tak banyak cerita yang mampu dirangkai menjadi syair-syair malam untuk menjamah gemintang dan riuh gemerlap kota. Begitu cepat, ketika hinggap lalu terbang berhambur bersama debu jalanan. Serupa daunan yang runtuh tersibak angin di musim kemarau lalu terbawah jauh terbuang oleh derasnya arus kehidupan kota. Kini ia berada tak tau pasti, bahkan aku hanya sedikit dapat bayangnya dalam kesindirian malam.

Untuk cinta pun aku tak sempat sampaikan, karena jemari kasihnya tlah layu teruari bersama tersibaknya lembar hari.  Yang teringat mungkin peraduan kecup cintanya yang menyentuhku hingga sepanjang jalur rongga jiwa. Menerbangkanku dalam gempita malam lalu hanyut dalam debu jalanan.
Teramat cepat mengenalnya, teramat cepat mendapat kasihnya, dan teramat cepat mendapat kisahnya yang menjadi dera di sudut hati. Kini peduliku hanya menempatkan ia dalam lubang-lubang seruling yang kutiupkan nada cinta di dalam kesendirian, walau tak ku raih nada cintanya, namun jiwaku tlah penuh oleh kecup basah hingga menghantarku dalam gelombang kasmaran.

Juga pula jemariku yang penuh dengan segenggam madu kasih yang tak akan habis aku melumatnya hingga hari ini. Karena madu kasih yang tercipta oleh madu awang dan bayang. Yang sudah teramat jauh membawa aku terbang melayang ke tempat yang dihantui bayang.

Salam perpisahan pun tak ada, hanya ucap kasih dalam dera dan janji yang terlumat oleh selimut hari, memaksa untuk menguburnya, melupakannnya dalam tepian jalan raya dengan sejuta nyanyian riuh manusia dengan gempita malam.

Selamat tinggalku hanya terucap dalam bathin bersama malam, kutitipkan dalam semilir angin yang jauh terbang membawa kasihku tak tentuh arah berlalu. Aku akan pergi membawa madu kasihku, dan menyampaikannya pada perempuanku yang mampu menyediakan kendi mungilnya untuk maduku yang penuh kemanisan, buah dari lebah cintaku yang murni.
Estafet Bayang Estafet Bayang Reviewed by Fitroh Kurniadi on Oktober 08, 2014 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.