Belajar dari Buku Karya Sahabat Saya


KURIR J&T datang ke kantor saya, Kamis (24/1) sore sekitar pukul empat. Saat saya sedang asyik-asyiknya menulis berita karena deadline kurang 1 jam lagi. Kurir itu mengantar buku karya sahabat saya, Syaipul Rahman.

Senang sekali, karena itu karya terbarunya yang sudah kutunggu-tunggu. Apalagi sudah kupesan jauh-jauh hari namun baru datang. Alasannya, baru selesai cetak lagi katanya.

Buku 'Menulis tanpa Kerangka' sudah ditangan. Namun sementara hanya sekilas saja kubuca. Tulisan di sampul belakang dan pengantar. Karena masih ada kewajiban untuk menuntaskan pekerjaan. Kurang dua berita lagi yang harus kuketik.

Saat petang datang, pekerjaan sudah beres. Sekitar 15 menit kemudian saya sudah berada di rumah. Bertemu anak dan istri tercinta. Buku karya anak Madura itu saya keluarkan dari tas.

"Beli buku baru?" tanya istri saya. "Ya, ini karya teman seperjuangan saya di Unesa. Dia sekarang jadi penulis hebat. Sudah nulis banyak buku. Dan jadi pemateri penulisan dimana-dimana," kataku.

Usai mandi dan melaksanakan segala kewajiban, saya bergegas duduk di atas kasur. Di sebelah anak saya, Narania yang masih berusia 3 bulan. Buku itu kupegang dan mulai membacanya. Saya lupa mencatat mulai pukul berapa memulainya. Saya hanya mencatat, pukul 19.35 sudah selesai melahap puluhan artikel di buku itu.

Ya, tidak butuh waktu lama untuk membaca semua tulisannya. Karena menurut saya, isinya tidak banyak dipenuhi teori-teori atau teknik-teknik menulis. Jadi mudah dipahami. Jika hanya teori, semua bisa mendapatkannya di internet. Banyak artikel bertebaran.

Semua tulisan Cong Ipul, begitu biasa saya memanggilnya, memang benar-benar seperti tanpa kerangka. Mengalir apa adanya. Seperti kita berbicara. Ngobrol. Itu yang saya iri, dari dia. Saya belum bisa menulis seperti itu.

Karena selama ini, ketika saya menulis masih terbebani banyak kerangka. Benar saja, saya menulis berita. Banyak aturan yang perlu dipatuhi Syaipul menulis apa yang ingin Ia tulis. Jadi bisa disebut dia merdeka dalam tulisannya.

Buku ini sangat cocok bagi semua yang ingin belajar menulis dan menghasilkan banyak karya. Tulisan Syaipul idenya dari mana saja. Mulai refrensi dari penulis besar, opini atau pemikiranya, pengalamannya, secangkir kopi, hingga harapannya untuk segera menikah. Hehe.

Oh ya lupa, Syaipul ini adalah kawan saya ketika kuliah meskipun beda jurusan. Saya Teknik Informatika, Ia Pendidikan Ekonomi. Saya angkatan 2011. Kalau gak salah dia 2013. Jadi usianya sekitar 2 tahun dibawah saya. Tapi soal kemampuan menulis, dia diatas saya.

Saya mengenalnya ketika bersama-sama tergabung dalam Humas Unesa. Bersama mahasiswa lain dari berbagai jurusan. Termasuk dari sastra dan bahasa tentunya.

Saat itu selain fokus kuliah, kita juga harus menulis berita seputar Unesa yang diterbitkan di Majalah Unesa. Terbitnya sebulan sekali. Juga untuk website Unesa yang bisa diunggah kapan saja.

Enaknya, ada honor yang kita terima saat tulisan kita dimuat di majalah. Jumlahnya bervariasi, bisa Rp 25 ribu - Rp 100 ribu per tulisan. Lumayan buat bertahan hidup di Surabaya. Wkwkwk.

Namun yang unik saat itu, kita juga berlomba-lomba mengirim tulisan ke redaksi surat kabar. Dengan harapan tulisan kita dimuat di koran. Utamanya cerpen dan puisi.

Yang paling bergengsi adalah bisa tayang di Radar Surabaya. Karena ada honor juga yang kita dapat jika dimuat. Pernah sekali, sejumlah puisi saya tayang. Tentu bangga! Tetapi kini setiap hari tulisan saya tayang di koran. Minimal empat berita.

Itu dunia yang saya nikmati saat ini. Dan Syaipul juga asyik dengan dunianya. Sama-sama menulis tapi lain nasib dan cerita. Begitu kayaknya.

Buku ini sekaligus menjadi 'trigger' bagi saya untuk menerbitkan buku juga. Semoga terealisasi. Syaipul juga sudah bilang, Ia adalah orang pertama yang PO (Pre Order) buku saya.

Kira-kira sampai disini saja tulisan yang saya tulis setelah baca buku 'Menulis Tanpa Kerangka'. Ini adalah tulisan saya yang tanpa kerangka. Apa adanya. Banyak sebetulnya pengalaman saya bersama Syaipul yang ingin kutulis.

Namun namanya tanpa kerangka, saya lupa menulisnya diatas. Apalagi sampai di paragraf ini saya sudah merasa lelah menulis. Bahkan kopi di atas meja sampai lupa kusruput!
Belajar dari Buku Karya Sahabat Saya Belajar dari Buku Karya Sahabat Saya Reviewed by Fitroh Kurniadi on Februari 14, 2019 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.